Indonesia itu kaya, luar biasa dan luuuuaaaaassss.
Lautnya, Pulaunya dan orang-orangnya juga sangat beragam.
Perlukah disatukan?
Bagaimana menyatukan Indonesia?
Peta Indonesia. Coklat laut dangkal, biru laut dalam. Jelas bahwaoportunity/kesempatan emas membangun jembatan ada di Selat Sunda. Pelabuhan laut dan Pelabuhan Udara harus dibangun untuk Indonesia Timur. Indonesia itu sangat-sangat beragam. Semua cara tidak perlu dipertentangkan. Semua cara diperlukan, baik jalan tol, jalan biasa, jembatan dan juga pelabuhan laut udara. Indonesia itu BESAR !
Jembatan Selat Sunda (JSS)
Mungkin anda tidak begitu setuju dengan JSS tapi ketahuilah, semua langkah itu diperlukan. Itu yang harus disadari dulu. Artinya, bagi yang suka pelayaran dan kelautan, ayooo mendukung dan dibantu mengkaji kelayakannya. Bagi yang suka kedirgantaraan, ayoo bantu riset pembuatan pelabuhan udara. Demikian juga yang sering mabok laut atau mabok udara, bantu untuk meneruskan jembatan ini. Termasuk double track kereta api. Indonesia itu BESAR bung ! Sayang sekali tenaga kita untuk saling bertentangan. Yang menjadi salah adalah apabila ada proses ‘corrupt’ dalam melaksanakannya. Sekali lagi Indonesia itu BESAR, bung !
Kawasan Timur Indonesia memiliki kondisi geologi geografi, geofisika dan geostrategis yang sangat berbeda dengan Kawasan Barat Indonesia. Kebijakan untuk Indonesia Barat mustahil disamakan dengan kawasan Timur. Kondisi laut dalam di Indonesia Timur ini sudah dapat dipastikan harus dikembangkan dengan teknologi maritim. Mendekatkan satu lokasi dengan lokasi lain di KTI ini harus dengan maritim dan teknologi dirgantara.
Pelabuhan laut harus dipelihara supaya tidak mengalami pendangkalan karena akan menganggu merapatnya kapal ke dermaga. Persoalan ini dapat diduga dengan mudah terutama di Kawasan Barat karena banyaknya sungai panjang pengangkut sedimen, serta kondisi lautnya yang memang sudah dangkal. Tentusaja pembiayaan untuk hal ini lebih sdikit dialami oleh pelabuhan di pulau-pulau Indonesia Timur
Dengan demikian jelas bahwa kalau ada kesempatan untuk membangun jembatan antar pulau hanya dimungkinkan di kawasan Sunda. Sedangkan untuk KTI harus disatukan dengan pelabuhan laut atau pelabuhan udara.
Sejarah ide pembangunan jembatan Tri Nusa Bimasakti (wikipedia).
Jembatan ini berawal dari gagasan Prof. Sedyatmo (alm), seorang guru besar di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1960 disebut dengan nama Tri Nusa Bimasakti yang berarti penghubung antara tiga pulau; yaitu Pulau Sumatera, Pulau Jawa, dan Pulau Bali. Kemudian, pada tahun 1965 Soekarno sebagai presiden RI memerintahkan kepada ITB agar melakukan uji coba desain penghubung di mana hasil dari percobaan tersebut berupa sebuah terowongan tunel, yang pada awal Juni 1989 terselesaikan dan diserahkan kepada Soeharto selaku presiden RI pada saat itu.
Pada tahun 1997, Soeharto memerintahkan kepada BJ Habibie selaku Menristek agar mengerjakan proyek yang diberi nama Tri Nusa Bimasakti. Pada tahun 1990-an Prof. Wiratman Wangsadinata dan Dr.Ir. Jodi Firmansyah melakukan pengkajian uji coba desain kembali terhadap perencanaan penghubungan antara Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera, pada hasil pengkajian menyatakan bahwa penghubung dengan melalui sebuah jembatan ternyata lebih layak bila dibandingkan dengan penghubung dengan melalui sebuah terowongan di bawah dasar laut. Sedangkan, untuk Jembatan Selat Bali yang menghubungkan antara Pulau Jawa dengan Pulau Bali belum terlaksana karena pemerintahan daerah Provinsi Bali belum bersedia.
Sumber:
- rovicky.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar