Kisah unik dimasa kecil di tengah dekapan hangatnya cahaya
dan kepulan asap dari tataring, Umakku bercerita tentang kisah masa lalu. Kisah masa lalu ini disebut TURI-TURIAN. Waktu marturi-turian adalah
favorit utamaku. Imajinasi bisa melayang jauh bahkan bisa menjadi pemeran didalamnya. Ketika di-"dendangkan" maka kami
adalah pemerannya.
Ada kisah yang menggetarkan hingga saat
ini dan yakin ini adalah kisah abadi. Akan kukisahkan kepada siapapun yang
ingin menjadikannya sebagai inspirasi dan semangat hidup. Kisah tentang
"MATAHARI TERBIT"
Umakku berkisah...
Ada seorang laki-laki pergi ke suatu
wilayah yang belum ada penghuninya. Tempat itu subur, air bnayak dan bening
Disana ia membangun tempat tinggal dan semakin lama semakin banyak penghuninya
dan semakin makmur. Kehidupan mereka berkecukupan. Anak, cucu mereka kemudian
jadi malas bekerja. Mereka berpikir, makanan yang mereka punya tidak akan habis
selam-lamanya.
Hingga suatu saat terjadi kemarau. Tanaman
mulai mengering, air tidak mengalir lagi, hewan ternak sudah kurus-kurus.
Akhirnya terjadi kelaparan. Penghuni desa bingung. Bagaiman cara mengatasinya.
Leluhur mereka yang membangun desa itu sudah tiada. Mereka tidak pernah mau
ikut berladang ketika leluhur itu masih hidup. Mereka yakin ini adalah akibat panasnya matahari. Akhirnya mereka mengambil tindakan yang menurut mereka bisa membebaskan mereka dari masalah ini.
Seluruh warga desa disuruh tidur dalam rumah dan menutup rapat-rapat rumahnya.
Mereka berpikir kalau mereka tidur mereka tidak akan lapar. Dengan menutup
rumah rapat-rapat maka sinar matahari tidak akan muncul dan membangunkan
mereka. Tetapi matahari masih bisa keluar dan menembus
dinding rumah mereka.
Selanjutnya mereka beramai-ramai pindah ke
lembah di balik gunung dan kembali bersembunyi dari matahari. Tetapi
semakin lama matahari justru berada di atas kepala mereka.
Tidak berhenti disitu, tetua desa
memerintahkan kepada penhuni desa untuk menganyam tampa atau "ANDURI"
(baca: adduri). Anduri ini ditempatkan di puncak gunung dari arah mana matahari
itu muncul. Tetapi matahari tetap tidak bisa ditahan.
Banyak cara sudah dilakukan. Banyak ide
telah mereka tuangkan tetapi tidak mampu menghalangi matahari terbit. Kelaparan makin merajalela, penderitaan mereka makin bertambah... Mereka mengeluhkan kemunculan matahari adalah penyebab semua ini. Doa-doa dan sesaji yang mereka persembahkan bagi leluhurnya tidak menghentikan matahari yang selalu datang. Mereka
lelah... mereka kehabisan ide.... tak ada lagi yang bisa mereka pikirkan dan
lakukan untuk menghentikan matahari terbit."
Umakku menghela nafas
dan menatapku. Saya masih menunggu bagaimana nasib akhir dari penghuni desa
itu. Umakku berkata setengah berbisik... "lomomma, manang na songondia
halaki. Ho ma namanontuhon antong. Molo nabisuk doho manang na daong.". "terserah kamu, bagaimana
nasib mereka. Kamu yang menentukan jalan cerita selanjutnya. Apakah kamu
bijaksana atau tidak."
ilistrasi gambar (dari blogspot.com)
Renungan pagi hari
14 Februari 2015
Love Forever for Mama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar