Sabtu, 21 Januari 2017

MENULIS CERPEN YANG BAIK DAN MENARIK

Tips menulis cerita agar isinya baik dan mengalir, pembaca pun menikmati sajian literasi yang nikmat, contoh cerita pendek atau Cerpen.


Cerpen, sesuai dengan namanya berarti singkatan dari “Cerita Pendek”. 
Kalangan sastrawan memiliki rumusan yang berbeda-beda tentang cerita pendek, namun dari segi kuantitas (banyaknya) kata terdiri dari 500 s.d. 20.000 kata. Memiliki satu plot, watak, dan kesan. 
Pertama, cerita pendek harus pendek. Seberapa pendeknya? Sebatas rampung baca sekali duduk, duduk ketika kita menunggu bus atau kereta api, atau sambil antre karcis bioskop. Cerita pendek harus ketat dan ringkas, tidak mengobral detail, dialog hanya diperlukan untuk menampakkan watak, atau menjalankan cerita atau menampilkan problem. Dan karena harus pendek, maka jumlah tokohnya terbatas, peristiwa singkat, waktu berlangsungnya tidak begitu lama, kata-kata yang dipakai harus hemat, tepat dan padat, tempat kejadiannya pun juga terbatas, berkisar 1-3 tempat saja.
Kedua, cerita pendek mengalir dalam arus untuk menciptakan efek tunggal dan unik. Di dalam cerita pendek tak dimungkinkan terjadi aneka peristiwa yang berbeda-beda.
Ketiga, cerita pendek harus ketat dan padat. Setiap detil harus mengarus pada satu efek saja yang berakhir pada kesan tunggal. Oleh sebab itu kata dan kalimat harus dibuat seirit mungkin. Membuat tulisannya menjadi ekonomis adalah salah satu keterampilan yang dituntut bagi seorang cerpenis.
Keempat, cerita pendek harus mampu meyakinkan pembacanya bahwa ceritanya benar-benar terjadi, bukan suatu bikinan, rekaan. Itulah sebabnya dibutuhkan suatu keterampilan khusus, adanya konsistensi dari sikap dan gerak tokoh, bahwa mereka benar-benar hidup, sebagaimana manusia yang hidup. Ya, meskipun merupakan hasil dari imajinasi dan fantasi tetapi harus juga logis atau masuk akal.
Kelima, cerita pendek harus menimbulkan kesan yang selesai, tidak lagi mengusik dan menggoda, karena ceritanya seperti masih berlanjut. Kesan selesai itu benar-benar meyakinkan pembaca, bahwa cerita itu telah tamat, sampai titik akhirnya, tidak ada jalan lain lagi, cerita benar-benar rampung berhenti di situ.
Karena pendeknya, kita biasanya tidaklah menemukan adanya perkembangan di dalam cerita. Tidak ada cabang-cabang cerita. Tidak ada kelebatan-kelebatan pemikiran tokoh-tokohnya yang melebar ke pelbagai hal dan masalah. Peristiwanya singkat saja. Kepribadian tokoh, atau tokoh-tokoh, pun tidak berkembang, dan kita tidak menyaksikan adanya perubahan nasib tokoh, atau tokoh-tokoh ini ketika cerita berakhir. Dan ketika konfik yang satu itu terselesaikan, kita tidak pula tahu bagaimana kelanjutan kehidupan tokoh, atau tokoh-tokoh, cerita itu.
Sebuah cerpen meskipun singkat tetap harus mempunyai pertikaian dramatik, yaitu perbenturan kekuatan yang berlawanan. Baik benturan itu terlihat nyata ataupun tersamarkan. Sebab inilah inti suatu cerpen.
Di dalam cerita yang singkat itu, tentu saja tokoh-tokoh yang memegang peranan tidak banyak jumlahnya, bisa jadi hanya seorang, atau bisa juga sampai sekitar empat orang paling banyak. Itu pun tidak seluruh kepribadian tokoh, atau tokoh-tokoh itu diungkapkan di dalam cerita. Fokus atau, pusat perhatian, di dalam cerita itu pun hanya satu. Konfliknya pun hanya satu, dan ketika cerita itu dimulai, konflik itu sudah hadir di situ. Tinggal bagaimana menyelesaikan saja.
Namun pada kenyataannya banyak juga cerpenis terkenal yang melanggarnya. Misalnya, Edgar Allan Poe sering membuat ujung cerita yang tidak rampung, melambai-lambai ditiup angin alias misterius. Barangkali karena judulnya “misteri” maka pembaca justru senang berteka-teki dengan ujung cerpen yang tidak jelas atau tidak rampung tersebut. Ernest Hemmingway-peraih Nobel sastra atas novel The Old Man and The Sea gemar membuat cerpen yang panjang-panjang dan memaparkan secara detil sekali karakter atau pemandangan alam pada cerpen-cerpennya. Sehingga boleh-boleh saja kita menambah kurangkan prinsip-prinsip tersebut sepanjang masih bisa dipertanggungjawabkan hasilnya.
Perlu ditegaskan pula bahwa cerpen bukan penggalan sebuah novel. BUKAN PULA sebuah novel yang dipersingkat. Cerpen itu adalah sebuah cerita rekaan yang lengkap: tidak ada, tidak perlu, dan harus tidak ada tambahan lain. Cerpen adalah sebuah genre atau jenis, yang berbeda dengan novel.

Unsur-Unsur Dalam Sebuah Cerpen

1. Tema
Yaitu gagasan inti. Dalam sebuah cerpen, tema bisa disamakan dengan pondasi sebuah bangunan. Tidaklah mungkin mendirikan sebuah bangunan tanpa pondasi. Dengan kata lain tema adalah sebuah ide pokok, pikiran utama sebuah cerpen; pesan atau amanat. Dasar tolak untuk membentuk rangkaian cerita; dasar tolak untuk bercerita.
Tidak mungkin sebuah cerita tidak mempunyai ide pokok. Yaitu sesuatu yang hendak disampaikan pengarang kepada para pembacanya. Sesuatu itu biasanya adalah masalah kehidupan, komentar pengarang mengenai kehidupan atau pandangan hidup si pengarang dalam menempuh kehidupan luas ini. Pengarang tidak dituntut menjelaskan temanya secara gamblang dan final, tetapi ia bisa saja hanya menyampaikan sebuah masalah kehidupan dan akhirnya terserah pembaca untuk menyikapi dan menyelesaikannya.
Setiap tulisan harus memiliki pesan atau arti yang tersirat di dalamnya. Sebuah tema adalah seperti sebuah tali yang menghubungkan awal dan akhir cerita dimana Anda menggantungkan alur, karakter, setting cerita dan lainnya. Ketika Anda menulis, yakinlah bahwa setiap kata berhubungan dengan tema ini.
Cerpen yang baik dan benar biasanya menyajikan berbagai persoalan yang kompleks. Namun, selalu punya pusat tema, yaitu pokok masalah yang mendominasi masalah lainnya dalam cerita itu. Cerita yang bagus adalah cerita yang mengikuti sebuah garis batas. Tentukan apa inti cerita Anda dan walaupun tema itu sangat menggoda untuk diperlebar, Anda tetap harus berfokus pada inti yang telah Anda buat jika tidak ingin tulisan Anda berakhir seperti pembukaan sebuah novel atau sebuah kumpulan ide-ide yang campur aduk tanpa satu kejelasan.
2. Alur atau Plot
Yaitu rangkaian peristiwa yang menggerakkan cerita untuk mencapai efek tertentu. Atau sebab-akibat yang membuat cerita berjalan dengan irama atau gaya dalam menghadirkan ide dasar.
Semua peristiwa yang terjadi di dalam cerita pendek harus berdasarkan hukum sebab-akibat, sehingga plot jelas tidak mengacu pada jalan cerita, tetapi menghubungkan semua peristiwa. Jakob Sumardjo dalam Seluk-beluk Cerita Pendek menjelaskan tentang plot dengan mengatakan, “Contoh populer menerangkan arti plot adalah begini: Raja mati. Itu disebut jalan cerita. Tetapi raja mati karena sakit hati, adalah plot.”
Dalam cerpen biasanya digunakan plot ketat artinya bila salah satu kejadian ditiadakan jalan cerita menjadi terganggu dan bisa jadi, tak bisa dipahami. Adapun jenis plot bisa disederhanakan menjadi tiga jenis, yaitu:
  • Plot keras, jika akhir cerita meledak keras di luar dugaan pembaca. Contohnya: cerpen-cerpen Anton Chekov, pengarang Rusia legendaris, cerpen-cerpen Trisnoyuwono yang terkumpul dalam Laki-laki dan Mesiu, cerpen-cerpen Subagio Sastrowardoyo dalam kumpulannya Kejantanan di Sumbing.
  • Plot lembut, jika akhir cerita berupa bisikan, tidak mengejutkan pembaca, namun tetap disampaikan dengan mengesan sehingga seperti terus tergiang di telinga pembaca. Contoh, cerpen Seribu Kunang-kunang di Manhattan karya Umar Kayam, cerpen-cerpen Danarto dalam Godlob, dan hampir semua cerpen Guy de Maupassant, pengarang Perancis menggunakan plot berbisik.
  • Plot lembut-meledak, atau plot meledak-lembut adalah campuran plot keras dan lembut. Contoh: cerpen Krawang-Bekasi milik Gerson Poyk, cerpen Bulan Mati karya R. Siyaranamual, dan cerpen Putu Wijaya berjudul Topeng bisa dimasukkan di sini.
Adapun jika kita melihat sifatnya, maka ada cerpen dengan plot terbuka, plot tertutup dan cempuran keduanya. Jadi sifat plot ada kalanya:
  • Jika akhir cerita merangsang pembaca untuk mengembangkan jalan cerita, di samping masalah dasar persoalan.
  • Akhir cerita tidak merangsang pembaca untuk meneruskan jalan cerita. Contoh Godlobnya Danarto.
  • Campuran keduanya.
Tips dalam menyusun alur yang baik pada cerpen Anda salah satunya adalah buat paragraf pembuka yang menarik! Paragraf pembuka ini harus cukup membuat pembaca penasaran untuk mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya. Pastikan bahwa alur Anda lengkap, artinya harus ada pembukaan, pertengahan cerita dan penutup. Akan tetapi, Anda juga tidak perlu terlalu berlama-lama dalam membangun cerita, sehingga klimaks atau penyelesaian cerita hanya muncul dalam satu kalimat, dan membuat pembaca merasa terganggu dan bingung dalam artian negatif, bukannya terpesona. Jangan pula membuat “twist ending” (penutup yang tak terduga) yang dapat terbaca terlalu dini, usahakan supaya pembaca tetap menebak-nebak sampai saat-saat terakhir. Jika Anda membuat cerita yang bergerak cepat, misalnya cerita tentang kriminalitas, jagalah supaya paragraf dan kalimat-kalimat Anda tetap singkat. Ini adalah trik untuk mengatur kecepatan dan memperkental nuansa yang ingin Anda sajikan pada pembaca.
3. Penokohan
Yaitu penciptaan citra tokoh dalam cerita. Tokoh harus tampak hidup dan nyata hingga pembaca merasakan kehadirannya. Dalam cerpen modern, berhasil tidaknya sebuah cerpen ditentukan oleh berhasil tidaknya menciptakan citra, watak dan karakter tokoh tersebut. Penokohan, yang didalamnya ada perwatakkan sangat penting bagi sebuah cerita, bisa dikatakan ia sebagai mata air kekuatan sebuah cerita pendek.
Pada dasarnya sifat tokoh ada dua macam; sifat lahir  (rupa, bentuk) dan sifat batin  (watak, karakter). Dan sifat tokoh ini bisa diungkapkan dengan berbagai cara, diantaranya melalui:
  • Tindakan, ucapan dan pikirannya
  • Tempat tokoh tersebut berada
  • Benda-benda di sekitar tokoh
  • Kesan tokoh lain terhadap dirinya
  • Deskripsi langsung secara naratif oleh pengarang
Untuk menjaga efektivitas cerita, sebuah cerpen cukup memiliki sekitar tiga tokoh utama saja, karena terlalu banyak tokoh malah bisa mengaburkan jalan cerita Anda. Jangan terlalu terbawa untuk memaparkan sedetail-detailnya latar belakang tiap tokoh tersebut. Tentukan tokoh mana yang paling penting dalam mendukung cerita dan fokuskan diri padanya. Jika Anda memang jatuh cinta pada tokoh-tokoh Anda, pakailah mereka sebagai dasar dalam novel Anda kelak.
Selain itu, jangan menganggap enteng kekuatan dialog dalam mendukung penokohan karakter Anda, sebaliknya dialog harus mampu turut bercerita dan mengembangkan cerita Anda. Jangan hanya menjadikan dialog hanya sebagai pelengkap untuk menghidupkan tokoh Anda. Tiap kata yang ditaruh dalam mulut tokoh-tokoh Anda juga harus berfungsi dalam memunculkan tema cerita. Jika ternyata dialog tersebut tidak mampu mendukung tema, ambil langkah tegas dengan menghapusnya.
4. Latar atau Setting
Yaitu segala keterangan mengenai waktu, ruang  dan suasana dalam suatu cerita. Pada dasarnya, latar mutlak dibutuhkan untuk menggarap tema dan plot cerita, karena latar harus bersatu dengan tema dan plot untuk menghasilkan cerita pendek yang gempal, padat, dan berkualitas.
Cerita dalam sebuah cerpen yang efektif biasanya menampilkan sebuah tempo waktu yang pendek. Hal ini bisa berupa satu kejadian dalam kehidupan karakter utama Anda atau berupa cerita tentang kejadian yang berlangsung dalam sehari atau bahkan satu jam. Dan dengan waktu yang singkat itu, usahakan agar kejadian yang Anda ceritakan dapat memunculkan tema Anda.
Karena Anda hanya memiliki jumlah kata-kata yang terbatas untuk menyampaikan pesan Anda, maka Anda harus dapat memilih setting cerita dengan hati-hati. Disini berarti bahwa setting atau tempat kejadian juga harus berperan untuk turut mendukung jalannya cerita. Hal itu tidak berarti Anda harus selalu memilih setting yang tipikal dan mudah ditebak. Sebagai contoh, beberapa setting yang paling menakutkan bagi sebuah cerita seram bukanlah kuburan atau rumah tua, tapi tempat-tempat biasa yang sering dijumpa pembaca dalam kehidupan sehari-hari mereka. Buatlah agar pembaca juga seolah-olah merasakan suasana cerita lewat setting yang telah dipilih tadi.
5. Sudut Pandangan Tokoh
Sudut pandangan tokoh ini merupakan visi pengarang yang dijelmakan ke dalam pandangan tokoh-tokoh dalam cerita. Jadi sudut pandangan ini sangat erat dengan teknik bercerita.
Sudut pandangan ini ada beberapa jenis, tetapi yang umum adalah:
  • Sudut pandangan orang pertama. Lazim disebut point of view orang pertama. Pengarang menggunakan sudut pandang “aku” atau “saya”. Di sini yang harus diperhatikan adalah pengarang harus netral dengan “aku” dan “saya”nya.
  • Sudut pandang orang ketiga, biasanya pengarang menggunakan tokoh “ia”, atau “dia”. Atau bisa juga dengan menyebut nama tokohnya; “Aisha”, “Fahri”, dan “Nurul” misalnya.
  • Sudut pandang campuran, di mana pengarang membaurkan antara pendapat pengarang dan tokoh-tokohnya. Seluruh kejadian dan aktivitas tokoh diberi komentar dan tafsiran, sehingga pembaca mendapat gambaran mengenai tokoh dan kejadian yang diceritakan.
  • Sudut pandangan yang berkuasa. Merupakan teknik yang menggunakan kekuasaan si pengarang untuk menceritakan sesuatu sebagai pencipta. Sudut pandangan yang berkuasa ini membuat cerita sangat informatif. Sudut pandangan ini lebih cocok untuk cerita-cerita bertendensi. Para pujangga Balai Pustaka banyak yang menggunakan teknik ini. Jika tidak hati-hati dan piawai sudut pandangan berkuasa akan menjadikan cerpen terasa menggurui.

Struktur Cerpen

Setelah mengerti betul definisi cerpen, karakteristik cerpen dan unsur-unsur yang wajib ada dalam membangun cerpen, maka sejatinya Anda sudah sangat siap untuk menciptakan sebuah cerpen. Sebelum menulis cerpen ada baiknya Anda mengetahui struktur cerita. Umumnya anatomi cerpen, apapun temanya, di manapun settingnya, apapun jenis sudut pandangan tokohnya, dan bagaimanapun alurnya memiliki anatomi sebagai berikut:
  1. Situasi (pengarang membuka cerita)
  2. Peristiwa-peristiwa terjadi
  3. Peristiwa-peristiwa memuncak
  4. Klimaks
  5. Anti Klimaks
Atau,
  1. Perkenalan
  2. Pertikaian
  3. Penyelesaian
Cerpen yang baik adalah yang memiliki anatomi dan struktur cerita yang seimbang. Kelemahan utama penulis cerpen pemula biasanya di struktur cerita ini. Cerpenis-cerpenis pemula biasanya banyak yang terjebak berpanjang-panjang ria dalam menulis pembukaan cerpennya. Mereka menceritakan semua, seolah takut para pembaca tak mengerti apa yang akan atau sedang mereka ceritakan. Akibatnya sering satu sampai dua halaman pertama karya mereka masih belum jelas akan menceritakan tentang apa. Hanya pengenalan dan pemaparan yang bertele-tele dan membosankan. Konflik yang seharusnya dibahas dengan lebih jelas, luas dan lengkap, sering malah disinggung sambil lalu saja. Pengakhiran konflik pun dibuat sekedarnya. Tahu-tahu sudah penyelesaian. Padahal inti dari cerpen adalah konflik itu sendiri. Jadi jangan sampai pembukaan cerpen menyamai apalagi sampai menelan konflik tersebut.

Tips Membuat Cerpen Menjadi Menarik

Agar cerpen Anda memikat pembaca, trik-trik berikut ini bisa dipertimbangkan baik-baik:
  1. Carilah ide cerita yang menarik dan tidak klise. Mengulang ide cerita semisal “Bawang Merah dan Bawang Putih” adalah pilihan yang kurang tepat, karena akan tampak sangat klise dan menjadi tidak menarik pembaca.
  2. Salah satu hal yang menyebabkan karya-karya cerpenis legendaris tetap populer hingga kini  adalah cerpen mereka mampu menyampaikan pesan –moral cerita- yang kuat kepada pembaca. Maka, buatlah ide cerita Anda agar memiliki moral atau pesan yang tinggi. Hanya saja, memasukkan pesan kedalam cerita adalah hal lain. Butuh keterampilan –berbeda tiap penulis  –untuk itu. Contoh buruk penyampaian moral cerita bisa Anda lihat pada tayangan sinetron religi. Karakter bersorban, bergamis, tiba-tiba muncul menyitir isi kitab suci dihadapan karakter antagonis yang langsung bertobat setelah mendengar nasehat itu. Pesan yang baik bukan merupakan dialog (ucapan karakter) yang berisi ayat-ayat suci, nasehat-nasehat kebajikan dalam cerita. Tetapi pesan yang bersifat tidak harfiah, atau muncul tersurat berbentuk teks dalam cerita. Moral cerita adalah kesimpulan yang ditarik dalam persepsi pembaca begitu selesai membaca. Moral ini bersifat holistik, sebagai ruh, spirit, sosok imajiner yang tersebar secara merata, utuh, pada semua elemen cerita; Karakter, setting, konflik & resolusi.
  3. Buatlah lead, paragraf awal dan kalimat penutup cerita yang semenarik mungkin. Alinea awal dan alinea akhir sangat menentukan keberhasilan sebuah cerpen. Alinea awal berfungsi menggiring pembaca untuk menelusuri dan masuk dalam cerita yang dibacanya. Sedangkan kalimat akhir adalah kunci kesan yang disampaikan pengarang. Kunci kesan ini sangat penting, karena cerpen yang memberikan kesan yang mendalam di hati pembacanya, akan selalu dikenang.
  4. Buat judul cerita yang bagus dan menarik. Sebagaimana buku, cerita yang bagus tidak semuanya dibaca orang. Salah satu penyebabnya adalah kalimat pembuka yang buruk dan judul yang mati, tidak menggugah rasa ingin tahu pembacanya. M. Fauzil Adhim dalam bukunya Dunia Kata menjelaskan beberapa hal yang seyogyanya diperhatikan dalam menulis judul; Pertama, judul sebaiknya singkat dan mudah diingat. Kedua, judul harus mudah diucapkan. Dan yang ketiga, kuat maknanya.
  5. Cerpen yang baik itu menggambarkan, bukan menceritakan. Show, don’t tell. Cerpen bukan sebuah kronolgis laporan. Tetapi mampu menampilkan, atau membuat pembaca aktif dan ikut hadir kedalam suasana cerita.
  6. Gunakan dialog. Pembaca menyukai karakter berdialog dengan sesamanya. Pembaca merasa dilibatkan dalam cerita. Cerita lebih hidup dengan dialog, hingga membaca menjadi pengalaman yang mirip dengan menonton drama atau sinema. Narasi umumnya diselipkan sekedar pengantar transisi antar adegan. Pembaca bisa menjadi pasif oleh sebab kebanyakan narasi, dimana kisah melulu diceritakan oleh narator (penulis). Penulis yang baik ibarat sutradara dibelakang layar, tidak boleh berjejak didalam cerita. Biarkan karakter berinteraksi dengan pembaca lewat dialog-dialognya.
  7. Buatlah kejutan-kejutan yang muncul tiba-tiba (bedakan dengan faktor kebetulan), jangan terjebak pada cerita yang bertele-tele dan mudah ditebak. Memberi Twist Ending adalah resep menulis yang tak pernah basi. Sebuah kejutan, akhir yang tak terduga. Tanpa kejutan diakhir cerita, ibarat sayur tak bergaram. Namun lakukan dengan sempurna. Sempurna karena pembaca tidak bisa menduga namun menerima kejutan itu masuk diakal, tidak klise, apalagi diada-adakan. Hindari akhir yang datar, apalagi mengambang. Pembaca menyukai kejutan; ‘ oh, ternyata..‘
  8. Cerpen harus mengandung kebenaran, keterharuan dan keindahan. Elizabeth Jolley, mengatakan, “Saya berhati-hati agar tidak membuat kesalahan. Sungai saya tidak pernah mengalir ke hulu.” Gabriel Garcia Marquez, sastrawan besar dari Kolumbia yang meraih nobel itu berkata, “Pujian terbesar untuk karya saya tertuju kepada imajinasi, padahal tidak satu pun baris dalam semua karya saya yang tidak berpijak pada kenyataan.
  9. Ingat bahwa setiap pengarang mempunyai gaya khas. Pakailah gaya sendiri, jangan meniru. Gunakan bahasa yang komunikatif. Hindari gaya berlebihan dan kata-kata yang terlalu muluk.
  10. Perhatikan teknik penceritaan. Teknik yang digunakan pengarang menyangkut penokohan, penyusunan konflik. pembangunan tegangan dan penyajian cerita secara utuh. Jangan sampai pembaca sudah jenuh di awal cerita. Untuk menghindari kejenuhan pembaca di awal cerita bisa kita gunakan teknik:
  • in medias res (memulai cerita dari tengah)
  • flash back (sorot balik, penyelaan kronologis)
  1. Setelah Anda selesai menulis cerpen, jangan terburu-buru untuk mempublishnya. Endapkan terlebih dahulu dan Baca ulang! Ya, BACA ULANG! Pembaca dapat dengan mudah terpengaruh oleh format yang tidak rapi, penggunanaan tanda baca dan tata bahasa yang salah. Jangan biarkan semua itu mengganggu cerita Anda, selalu periksa dan periksa kembali. Perbaiki kembali cerpen Anda. Perhatikan setiap tanda baca dan aturan berbahasa yang baik, tetapi tetap tidak kaku. Jangan bosan untuk membaca dan mengedit ulang cerpen yang telah anda selesaikan.
  2. Setelah cerpen kita selesai, maka sebaiknya Anda minta pendapat orang lain yang di anggap lebih tahu dan berpengalaman serta tidak sungkan untuk memberikan masukan kepada Anda tentang: isi cerita, gaya bahasa, dll. Bila perlu, mintalah pendapat pada 2 – 3 orang yang di anggap memahami tentang cerpen.
Akhirnya, saat Anda berniat menggoreskan pena menulis cerpen ingatlah pesan J.K. Rowling, siapa tahu ada manfaatnya, “Mulailah menulis apa saja yang kamu tahu. Menulislah tentang pengalaman dan perasaanmu sendiri.” Lalu saat menulis cerpen ingat pesan Edgar Allan Poe, agar cerpenmu berbobot, “Dalam cerpen tak boleh ada satu kata pun yang terbuang percuma, harus punya fungsi, tujuan dalam komposisi keseluruhan.”
Sumber: jejakpublisher.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar